Kunjungi Yayasan Al-Wathoniyah, Menag Apresiasi Kontribusi Umat bagi Pendidikan Islam
By Abdi Satria
nusakini.com-Bekasi- Sebagai bangsa dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, bangsa Indonesia mampu mengembangkan nilai-nilai Islam dengan baik. Salah satunya dengan maraknya lembaga-lembaga pendidikan Islam yang muncul atas inisiasi masyarakat, tanpa harus dimobilisasi atau dipaksa oleh negara dan pemerintah.
Pernyataan ini disampaikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat berkunjung ke Yayasan Al-Wathoniyah 22, di Bekasi, Jawa Barat. “Aktivitas-aktivitas keagamaan, secara murni dilakukan sendiri secara swadaya oleh masyarakat,” kata Menag, Sabtu (06/04).
Menag pun mengapresiasi hal tersebut. Menurut Menag lewat sumbangsih dan kontribusi masyarakat, Indonesia memiliki banyak lembaga-lembaga pendidikan islam. Baik berupa pendidikan formal, non-formal, maupun informal.
“Jumlahnya tidak hanya satu dua di tanah air. Tidak belasan, tidak puluhan, tidak ratusan atau ribuan. Tetapi ratusan ribu bahkan jutaan lembaga-lembaga pendidikan hingga majelis taklim yang melakukan sepenuhnya atas inisiatif dan swadaya masyarakat sendiri,” kata Menag.
Menag mengaku menyampaikan hal ini bukan untuk riya atau jumawa. “Ini tahadus bi nikmah, ungkapan rasa syukur. Bahwa saat ini dunia pun melihat kita betapa Indonesa adalah sebuah bangsa yang sangat religius. Bangsa yang dalam aktivitas kesehariannya tidak bisa dipisahkan dari nilai agama,” kata Menag.
Kehidupan keberagamaan yang terjadi di nusantara saat ini menurut Menag tak serta merta terjadi begitu saja. Ini semua adalah hasil benih-benih cara beragama yang telah disemai oleh para pendahulu. “Guru-guru kita menyemai kesadaran keberislaman dengan penuh kesabaran, ketelitian, dan kecermatan. Sehingga hasilnya dapat kita rasakan,”jelas Menag.
"Persis seperti yang tadi diceritakan oleh Bapak Kyai Haji Hasan Basri. Pohon-pohon kelapa di tebang dibangun Madrasah. Menggunakan papan tulis yang asalnya daun pintu, itu luar biasa. Yang seperti itu berlandaskan keikhlasan dan kesabaran,” sambung Menag.
Namun Menag juga mengingatkan bahwa cara keberislaman juga harus terus dirawat. "Para orang-orang tua selalu mengajarkan kepada kita Al muhafadhotu Ala qodimis sholih Wal akhdzu Bil jadidil ashlah,” kata Menag.
Menag menambahkan, kita semua dituntut untuk menjaga memelihara warisan, peninggalan, tradisi yang baik-baik yang telah diajarkan oleh para pendahulu kita. Peringatan Isra Mikraj adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memelihara tradisi yang baik.
Sebelumnya, Pimpinan Yayasan Al-Wathoniyah KH Hasan Basri menyampaikan sejarah berdirinya sekolah Al-Wathoniya berawal dari sebuag gubug warisan orang tuanya. Daun pintu dan papan bekas meja kerja ayahandanya dijadikan papan tulis. “Yayasan ini bisa berkembang, karena saya selalu ingat pesan guru, ‘meskipun hanya di kandang sapi, rawatin itu murid-murid’,” papar Kyai yang biasa disapa Abuya Hasan Basri ini.
Sementara menurutnya dana pembangunan yayasan mulai berdiri hingga besar seperti sekarang, murni dari umat. “Dana pembangunan yayasan di dapat dari mana-mana, dari majelis taklim dimana-mana,” tuturnya.(p/ab)